KESULITAN DALAM PENDIDIKAN





MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah
Ilmu Pendidikan
Dengan Judul :
Kesulitan Dalam Pendidikan

Dosen Pengampu:
Nisrokha,S.Pd.I.,M.Pd


Disusun Oleh :
1.      Husna Hidayati     (3180028)
2.      Lidya Nur Afifah   (3180050)
3.      M. Ali Fikri              (3180001)

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Pemalang Tahun Ajaran 2018/2019

KATA PENGANTAR


       Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam proses pengerjaan makalah ini. Khususnya kedua orang tua,serta teman – teman, dan Bapak  selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu pendidikan.
       Dalam proses pengerjaan makalah ini, penyusun menemukan banyak kekurangan. Dikarenakan keterbatasan ilmu serta wawasan yang dimiliki penyusun. Dengan semua kekurangan yang dimiliki oleh penyusun, diharapkan kepada para pembaca ini dapat memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan kita bersama.
       Makalah yang berjudul “Kesulitan dalam pendidikan” ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat banyak kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi seluruh pembaca.




Pemalang, 18 Maret 2019



Penyusun






BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Rentang usia antara 4 dengan  6 tahun merupakan tahapan yang di sebut  sebagai usia prasekolah .Lembaga pendidikan prasekolah adalah lembaga pendidikan untuk membantu pertumbuhan dari perkembangan fisik dan psikologis anak didik diluar lingkungan keluarga sebeum memasuki pendidikan dasar formal. P endidikan prasekolah bertujuan untuk membantu meletakan dasar kearah perkembangan sikap intelektual oleh anak- anak untukk menyesuiakan diri dengan lingkunganya sertaunuk pertumbuhan dan perkembangan tahap selanjutnya.
Salah satu  ciri khas perkembangan psikologis pada usia diniini adalah mulai meluasnya lingkungan sosial anak. Bila tahap usia sebelumnya anak merasa cukup dengan lingkungan pergaulan dalam keluarga,maka anak usia prasekolah mulai merasakan adanya kebutuhan untuk memiliki teman bermain,  serta memiliki aktivitas  yang teratur diluar linggkungan rumah.  Bagi anak- anak bersekolah disebuah taman kanak- kanak, atau selanjutnya TK maka anak –anak tersebut memiliki kebutuhan akan adanya seseorang figur pendidik serta memiliki  kebutuhan untuk beraktivitas dalam situasi dan kondisi yang bervariasi.
B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis membahas tentang:
1.       Apa itu keras hati dan keras kepala ?
2.      Seperti apakah anak yang manja ?
3.      Apa penyebab perasaan takut pada anak?
4.      Apa itu Dusta Anak ?
5.      Apa itu agresi dan frustasi ?





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Keras hati dan keras kepala
Keras hati dan keras kepala adalah suatu sifat anak- anak yang sering
menyulitkan para orang tua atau pendidik- pendidik lain kedua sifat itu ada persamaan dan perbedaanya.
Anak yang keras hati berbuat menurut nafsu dan kemaunya sendiri,bertentangan dengan tindakan orang lain. Yang mengemukakan kemauannya terhadap kemauan si pendidik. Ia berpegang teguh dengan tujuanya sendiri, dan tidak ingin melepaskan tujuanya untuk yang lain.
Anak yang keras kepala tidak mau  juga mengerjakan apa yang disuruhkan kepadanya, tetapi ia tidak memiliki tujuan alasan yang bertujuan. Yang hanya ada sifat yang pasif, yaitu menolak kemamapuan orang lain. Umunya sifat keras hati lebih banyak terdapat pada anak  anak dalam lingkungan keluarga,danjarang terdapat di sekolah trhadap gurunya. Akan tetapi , didalam pergaulan diantara anak- anak sesamanya sifat ini masih terdapat.
Adapun sebab- sebab keras hati pada anak antara lain adalah:
a.       Karena pembawaan anak
Dalam  kehidupan sehari- hari sering kita dapati anak yang sedari  kecilnya telah menunjukan sifat keras hati, anak yang demikian kelihatanya nakal dan bandel, segala yang dilarang sama sekali tidak diajukanya, dan jika tidak dituruti atau dilarang apa yang menjadi kehendaknya,lekas sekali timbul marah yang meluap-luap.
b.      Karena keadaanya badan yang terganggu
Setiap manusia, mempunyai hasrat berbuat sebaliknya dari yang diminta oranglain kepadanya.
c.       Karena perkembangan rohani anak
Ditinjau dari sudut perkembangan anak, sifat keras hati dan keras kepala itu dapat kita pandang sebagai suatu hal yang sewajarnya.
d.      Karena kesalahan-kesalahan dalam pendidikan
Kesalahan yang terdapat dalam pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya antara lain ialah memanjakan, pendidikan yang tidak konsekuen, yang setiap waktu dapat berubah-ubah.[1]
B.     Anak Yang Manja
Anak  yang manja adalah  terbiasa menerima perlakuan yang berlebihan dari orang tua ataupun orang dewasa lainya. Yang dikatakan  anak manja disini juga dapat dikatakan sebagai prilaku yang sangat membutuhkan kehadiran orang lain dalam melakukan sesuatu (bergantung kepada orang lain)  Dan anak yang manja biasanya memperlihatkann sikap yang khas yaitu seperti :
1.      Anak yag penuh dengan tuntutan
2.      Anak tersebut biasanya mendapatkan apa yang diinginkanya dengan menuntut
3.      Anak akan menangis atau marah apabila keinginanya tidak dituruti atau di penuhi
4.      Bentuk tuntutan anak sering aneh dan tidak wajar
1.     Gejala Gejala Yang timbul
a.       Anak terlihat ragu ragu dalam melakukan sesuatu
b.      Selalu mencari perhatian
c.       Menyenangi kegiatan yang sifatnya berkelompok, namun dia tidak banyak terlibat, hanya mengandalkan temanya saja.
d.      Sulit mengambil  keputusan.
2.     Pengaruhnya terhadap perkembangan anak
Anak yang tidak mandiri atau manja umumnya terlihat kurang percaya diri dalam melakukan tugas ataupun kegiatan dan pengambilan keputusan. Anak tidak bersikap koopertif untuk permainan yang membutuuhkan kerjasama . terhambat perkembangann emosi dan sosialnya.
3.     Penyebab
Karena anakterlalu terbiasa menerima bantuan atua perlakuan yang bearlebihan dari orang tua ataupun orang dewasa lainya. Adanya rasa bersalah pada orang tua misalnya,anak sakit- sakiyan, cacat ataupun orang tua yang bekerja seharian. Untuk menutupi rasa bersalah dari orang tuanya yang merasa bersalah akhirnya orang tua memenuhi segala keinginan anak. Orang tua terlalu melindungi hal ini disebabkan susah mendapatkan anak tersebut.[2]


C.      Perasaan Takut Pada Anak
Ketakutan anak yang paling menadasar adalah bahwa anak akan kehilangan orang tuanya dan merasa menjadi sendirian , lemah dan tidak ada yang melindunginya.
Anak anak biasanya takut dengan hal- hal yang tidak nyata , separti takuy pada monster dan binatang buas. Pendidik mengajari anak – anak agar tidak takut maka mendidik anak- anak dengan ahal – hal yang nyata, sepertii bermain bersama dengan lalu lintas, api ataupun hal-hal yang asing. Sebab kognitif anak sangat sulit untuk membedakan hal-hal yang nyata denga imajinasi atau khayalan.(wooley &wellman, salam Croseser,2004).
Ketakutan yang dialami anak berbeda dengan kecemasan, jika kecemasan adalah reaksi emosional yang tidak berhubungan dengan adanya stimulus atau keadaan tertentu, maka ketakutan justru ditimbulkan karena adanya stimulus.
1.     Penyebab takut
a.       Anak takut dengan dunia nyata yang sulit di prediksi dan sangat baru bagi mereka.
b.      Anak selalu melihat hal- hal yang bertemakan kekerasan diprogram televisi
c.       Anak takut di tinggal sendirian dirumah.
d.      Anak takut dengan monster yang merasa selalu ada di sekitarnya.
2.     Gejala – gejala yang tampak
Smith(dalam Crosser,2004) menyatakan bahwa gejala yang tampak ketika anak takut:
a.       Perialaku agresif, seperti mengamuk,menyerang,membunuh hewan,memukul.
b.      Menarik diri
c.       Mencari kenyamanan atau perlidungan dari dewasa.
d.      Melarikan diri dan sembunyi.
3.     Pengaruhnya terhadap perkembangan pada anak
a.       Anak selalu tergantung,tidak dapat mengembangkan kemandirianya.
b.      Anak merasa tidak aman dan nyaman jika berada dilingkungan yang baru
c.       Dalam merespon seseuatu hal, anak cenderung cepet gugup.
d.      Tidak cepat mengambil keputusan,karena alasan yang tidak rasional.[3]
D.     Dusta Anak
Berdusta atau berbohong adalah mengatakan seseuatu yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Bila di lakukan oleh orang dewasa, maka sikap kita terhadapnya jelsa, juga pilihan tindakan yang perlu diambil untuk menanggapinya. Namun hal ini menjadi berbeda bila kebohongan dilakukan oleh anak usia prasekolah. Ada beberapa yang ahrus dipertimbangkan
Pertama adalah tentang fakta itu sendiri. Kebohongan yang dilakukan oleh anak kemungkinan di sebabkan oleh ketidakmampuan untuk memilih mana yang merupakan fakta dan mana yang merupakan fantasi.
Kedua,orang tua mungkin melakukkan kebohongan untuk keuntungan dirinya sendiri.
Disatu sisi adalah untuk melihat kebohongan sebagai bagian dari prposes pengembangan intelektualitas anak. disisi  adalah untuk mendekteksi secara umum kemumngkinan kebohongan tersebut mengarah apda perkembangan yang tidak sehat.
1.     Penyebab anak berbohong  atau berdusta[4]
a.       Berbohong untuk menutupi kondisi dirinya
b.      Anak ingin menunjukan ke superioritas pada anak- anak yang lain.
c.       Faktor  situasi yang mengancam
d.      Meniru kebohongan yang dilihat atau yang didengar oleh anak
Secara ringkas , kebohongan anak meamiliki sisi negatif maupun positif. Bila harus ditimbang keduanya, unsur positif yang sebenarnya lebih dominan.namun karena kebohongan ini bisa berlanjut kemasa dewasa, orang tua dan pendidik perlu memberikan tanggapan yang tepat.tanggapan yang baik akan mengubah fantasi menjadi kreativitas, melebih-lebihkan cerita diri menjdi keercayaan diri yang memadai.
2.     Pengaruh kecenderungan berbohong terhadap perkembangan anak[5]
a.       Terhambatnya perkembangan emosi dan  sosial yang tepat.
b.      Anak di jauhi oleh teman teman.
c.       Anak akan semakin bingung dengan identitas siapa dirinya, yang pada akhirnya dapat memengaruhi konsep diri yang terbentuk dari prilakunya yang semu.[6]

E.      AGRESI DAN FRUSTASI
1.     AGRESI
Agresi atau agresivitas adalah istilah umum yang dikaitkan dengan adanya persaan perasaan marah atau permusuhan atau tindakan melukai orang lain dengan  tindakan kekarasan secara fisik,verbal, maupun dengan ekspresi wajahdan gearakan tubuh yang mengancam  atau merendakan. Tindakan agresif merupakan tindakan yang di sengaja oleh pelaku untuk mencapai tujuan –tujuan tertentu. Ada dua tujuan utama agresi yang saling bertentangan satu dengan yang lain , yakni untuk membela diri sendiri disatu pihak dan di pihak lain adalah untuk meraih keunggulan dengan cara membuat lawan tidak berdaya[7]
Nugraha dan Rachmawati (2005), mendefinisikan agresivitassebagai tingkah laki menyerang baik secara fisik  maupun verbal atau baru berupa ancaman yang disebabkan adanya rasa permusuhan dan frustasi[8]. Dengan demikian, dapat disimpuulkan bahwa agresivitas merupakan tindakan menyerang baik fisik, verbal, maupun ekspresi wajah yang mengancam atau merendakan untuk mencapai tujuan tertentu, yang di dasari adanya  perasaan permusuhan atau frustasi
Agresivitas pada anak memiliki beberapa bentuk umum yang sering muncul adalah bentuk verbal, misalnya dengan mengeluarkan kata-kata “kotor”yang terkadang anak tidak selalu mengerti maknanya . kedua , agresi dalam bentuk tindakan fisik misalnya,dengan menggigit,menendang,mencubit,mencakar,memukul, dan semua tindakan fisik yang bertujuan untuk melukai fisik. Biasanya sasaran prilaku agresif ini adalah orang- orang terdekat sekitar anak,seperti orang tua, pengasuh,pendidik,teman, dan objek fisik lain seperti tembok,lemari,sarana sekolah,atau sarana lainya.
Agresivitas pada anak dapat berdampak psikiologis dan sosial. Dampak psikologis yang muncul berupa kecenderungan untuk meningkatkan perilaku agresi baik dalam frekuensi maupun intensitas jika perilaku ini tidak ditangani secara efektif. Selain itu perilaku agresi juga dapat menyebabkan anak cenderung menjadi anti sosial karena ketidak mampuannya menahan emosi dan lebih terjabak dalam perilaku-perilaku impulsif.
Agretivitas pada anak juga memiliki beberapa faktor yang dapat menyebabkannya. Faktor ini dapat berupa faktor biologis dari dalam diri anak (internal) maupun faktor lingkungan yang berasal dari luar diri anak (eksternal). Faktor-faktorr biologis dapat berupa pengaruh genetik,sistem otak, dan kimia darah atau hormon sex. Adapun faktor eksternalnya berupa kemiskinan, kondisi lingkungan fisik yang tidak mendukung, dan kecenderungan meniru modal kekerasan yang ada disekitarnya.[9]


2.     FRUSTASI
Frustasi dapat diartikan sebagai kekcewaan  dalam diri individu yang disebabkan oleh tidak tercapainya keinginan. Pengertian lain dari frustasi adalah rasa kecewa yang mendalam karena tujuan yang dikehendaki tidak kunjung. Contohnya seperti ini, apabila siswa atau mahasiswa melakukan sesuatu kegiatan, umpamanya mengikuti ujian akhir semester, dan ternyata lulus (tercapainya tujuan yang diinginkan dan diharapkan ), maka dia akan merasa  puas dan bahagia. Tetapi apabila ternyata kegiatannya itu tidak mencapai tujuan yang diharapkan (ujian akhir tidak lulus), maka ia akan kecewa.
Kegagalan individu dalam mencapai tujuan atau keinginannya akan menyebabkan kekecewaan dalam diri individu tersebut. Jika kekecewaan tersebut terjadi berulang-ulang dan menganggu keseimbangan psikisnya, baik emosi maupun tindakannya, berarti individu tersebut sudah berada dalam situasi frustasi. Adapun sumber yang menyebabkan frustasi, mungkin berasal atau berwujud dari manusia, benda, peristiwa, keadaan alam dsb.
                                  Reaksi setiap individu terhadap frustasi yang dialaminya berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh perbedaan pada struktur maupun fisik, serta perbedaan kultural dan nilai-nilai agama yang dianutnya. Perbedaan reaksi individu terhadap frustasi itu, dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukannya. Ada yang menghadapinnya secara rasional, tetapi ada juga yang menghadapinnya terlalu emosional, yang terwujud dalam bentuk-bentuk tingkah laku yang tidak sesuai (maladjustment). Adapun wujud dari cara-cara individu dalam mereaksikan frustasi itu, diantaranya adala sebagai berikut.
1.      Agresi marah (angry agression)
2.      Akibat tujuan yang diingin dicapainnya mengalami kegagalan, individu menjadi agresif, marah-marah dan merusak, baik terhadap dirinya sendiri maupun pada sesuatu yang diluar dari dirinya.
3.      Bertindak secara eksplosif  (mudah meledak)
4.      Yaitu dengan jalan melakukan perbuatan jasmaniah maupun dengan ucapan-ucapan.
5.      Dengan cara introversi (bersifat tertutup)
6.      Yaitu dengan cara menarik diri dari dunia nyata
7.      Perasaan tidak berdaya
8.      Reaksi ini menunjukkan sikap tidak berdaya
9.      Kemunduran
10.  Penekanan
Setelah mengetahui penegertian dari frustasi, penyebab atau sumber frustasi serta reaksi setiap individu dalam menghadapi kondisi frustasi masing-masing, dapat diketahui bahwa setiap manusia memiliki konflik atau permasalahan yang berbeda-beda dan cukup kompleks.[10]






















BAB III
                                                              PENUTUP                               

A.     Kesimpulan
Kesulitan yang dihadapi dalam pendidikan mempunyai beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang terjadi dalam individu dan dapat dikatakan paling berpengaruh pada suatu proses pendidikan karena faktor ini mengenai faktor fisiologis dan psikologis yang terdapat pada masing-masing individu sepserti keterbatasan fisik,sikap,minat, dan bakat.
            Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang terjadi pada diri luar individu, seperti lingkungan, sosial baik disekolah, di masyarakat, dan dirumah, metode pengajar maupun sarana dan prasarana.
            Saat terjadi kesulitan dalam pendidikan dapat diatasi dengan baik, maka proses pendidik akan dapat berjalan dengan lebih baik berikut cara mengatasi kesulitannya, menumbuhkan rasa percaya diri pada anak, menumbuhkan motivasi pada anak, memberikan teladan baik dalam sikap dan tingkah laku kepada anak dll.








                                                       












DAFTAR PUSTAKA


https://slideplayer.info/slide/13808656/ diunduh pada tanggal 20 maret 2019.

Izzaty Rita Eka,2017,Perlikau Anak Prasekolah. Jakarta: Gramedia.

Mashar Riana,2011,Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembanganya.Jakarta : Kencana















































PROFIL PEMAKALAH


 Nama      : Husna Hidayati
Ttl             : Pemalang,11 Oktober 1999
Alamat     : Desa Serang, Petarukan - Pemalang
Hobi          : Memasak, Bulu Tangkis, Membaca, dll.
Sekarang Pemakalah sedang menempuh pendidikannya di STIT Pemalang, yang mengambil Prodi PAI.




 Nama    : Lidya Nur Afifah
 Ttl          :Pemalang, 25 Januari 2000
Alamat : Desa Sokawangi, Taman- Pemalang
Hobi      : Bulu Tangkis, Menggambar, Menyanyi,dll.
Sekarang Pemakalah sedang menempuh pendidikannya di STIT Pemalang, yang mengambil prodi PAI.





 Nama   : Mohammad Ali Fikri
 Ttl         : Pemalang, 4 September 1999
 Alamat : Desa Pegundan, Petarukan- Pemalang                   
 Hobi     : Bulu tangkis
 Sekarang Pemakalah sedang menempuh pendidikannya     di STIT Pemalang, yang mengambil prodi PAI.














[1] https://slideplayer.info/slide/13808656/ diunduh pada tanggal 20 maret 2019.
[2] Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si, Psi,Perilaku Anak Prasekolah,Jakarta: Gramedia, 2017, hlm: 299-303
[3] Ibid,hlm:299
[4] Ibid.,hlm:300
[5] Ibid.,hlm:301
[6] Ibid.,hlm: 262-273
[7] Ibid.,hlm :167
[8] Riana Mashar,Emosi Anak Usia Dini,Jakarta: Kencana,2011, hlm: 87
[9] Ibid.,hlm: 88.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Pertunjukan Musik

KEWIBAWAAN (GEZAG) DALAM PENDIDIKAN

DASAR, ASAS, FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN